PART I
Ketika waktu terasa berhenti, ketika tidak ada satupun manusia yang bisa diajak berbicara, sahabat, saudara, ataupun kerabat bagaikan mahluk yang tidak akan pernah mengerti perasaanku saat itu.
Ketika waktu terasa berhenti, ketika tidak ada satupun manusia yang bisa diajak berbicara, sahabat, saudara, ataupun kerabat bagaikan mahluk yang tidak akan pernah mengerti perasaanku saat itu.
January 2017
Hari itu kuberanikan pergi meninggalkan Jakarta, dengan
modal nekat dan uang meminjam seorang sahabat, aku pergi ke Jogja dengan
menggunakan bus kota , Malam jam 20.30 aku berada di terminal lebak bulus
Jakarta, terlihat disitu beberapa bus antar kota sedang menunggu penumpangnya,
dengan tiket sebesar 220 ribu aku mendapat bus lumayan nyaman, berhubung saat
itu adalah arus mudik habis tahun baru jadi harga sedikit naik, sebenarnya aku
bisa membeli dibawah harga itu. Tepat
jam 20.30 namaku dipanggil , aku tengah duduk di warung kopi sambil mencharge
handpone, berdiri dan menuju bus yang dimaksud. Kebetulan kursi ku kosong
sebelahnya , jadi aku bisa duduk dengan leluasa, kumelihat sekeliling, aku
mencari penumpang wanita yang bisa kuajak bicara nantinya. Lama aku merenung
didalam bus malam yang sudah dimatikan lampunya, ku teringat ke tiga anakku
yang kutinggalkan begitu saja. Kuteringat anak bungsuku yang baru saja sembuh
sakit demam berdarah. Tak disangka air mata ku mengalir begitu saja mengingat
kesakitan itu, di dalam bus itu yang
nantinya aku sendiri tidak tau harus kemana.
Selama perjalanan ini aku bertemu dengan penumpang bus
wanita, kami mengobrol pada saat bus berhenti untuk makan, salah satu wanita
yang kukenal itu bekerja sebagai SPG di sebuah mall di Jakarta, yang selalu
pulang tiap satu minggu sekali karena harus bergantian merawat Ibunya yang
sedang sakit, Salah satu wanita lagi adalah pekerja malam di diskotek Jakarta,
pulang untuk menemui keluarga yang bertahun tahun tidak saling menyapa. Aku
merenung melihat ke dua wanita yang kuajak bicara , bahwa sebenarnya mereka
adalah wanita –wanita yang diciptakan kuat dengan masalah mereka masing
–masing, bahwa malam itu aku bisa sedikit tersenyum.Keesokan harinya aku sudah
tidak bertemu mereka lagi, karena mereka harus turun di cilacap, sedangkan aku
harus meneruskan perjalanan ke Jogjakarta.
Pukul 13.00 bus ku sampai di Jogjakarta, disebuah terminal
jogja, demi mengirit uang aku mencoba naik busway dari sana menuju malioboro,
aku menunggu cukup lama , terlihat ada seorang bapak bapak yang tersenyum sendiri
kerah ku, dengan kagok kubalas senyuman itu biasa saja. Pelan pelan dia
mengajak aku berbicara, menanyakan darimana dan nama siapa, aku sudah mulai
berasa tidak suka dengan kondisi ini , karena pelan pelan dia mendekat kearah
ku duduk disebelah, makin aku takut dan berusaha berdiri untuk pindah,
kebetulan didalam bus itu hanya aku, bapak itu dan seorang ibu ibu, aku meminta
kondektur untuk memberitahuku apabila sudah dekat tujuanku, tiba tiba Bapak itu
menawarkan diri untuk aku mengantarkan, dengan tegas aku menolak tawarannya,
Ibu melihat kearah aku, kemudian sepontan aku bertanya ibu itu turun dimana,
dan Ibu itu pun spontan bilang di malioboro, pas sekali ujar ku,. Aku pun
menolak tawaran bapak itu, dan segera turun bersama Ibu tadi, dan Ibu itu menasehati
aku bahwa untuk berhati hati bila berjalan sendirian, setelah itu kami
bercerita tentang tujuan ke Jogjakarta, ternyata Ibu itu pedagang baju online yang
hendak belanja di pasar Beringharjo , akhirnya kami bersepakat untuk sharing
taxi menuju pasar Beringharjo.
MALIOBORO , JANUARY 2017
Hujan lebat tiba tiba mengguyur Jogja, Aku berpisah dengan
Ibu yang baik hati itu di pasar BERINGHARJO , Aku berfikir ,ingin mencari
tempat duduk dan mencoba googling mencari penginapan murah. Hujan deras tidak menghalangi
semuanya, aku berlari sepanjang jalan Malioboro, sambil menyelamatkan laptop dan
kamera yang kugulung didalam tas , aku melihat kearah kanan dan kiri terlihat
beberapa tempat makan , tapi menurutku kurang nyaman, aku mencari tempat dengan
hotspot kencang sambil aku bisa minum kopi hangat, akhirnya jatuhlah pilihanku di
starbucks malioboro, aku memesan hot capucino dengan baju yang setengah basah aku dilayani oleh waiters dengan ramah , suasana starbucks di malioboro ini cukup ramai , tapi dengan akses 2 lantai ,aku mencoba naik keatas untuk mendapatkan tempat duduk yang nyaman karena aku memprediksikan kemungkinan lama berada disini, mencari penginapan sesuai dengan budgetku.
sampai akhirnya aku sudah tidak sabar dan bertanya kepada waiters starbucks kira kira penginapan didaerah sini yang relatif murah dimana saja, waiters tersebut menjelaskan dengan sangat ramah dan mengarahkan ku begitu jelas ke arah tujuan.
sampai akhirnya aku sudah tidak sabar dan bertanya kepada waiters starbucks kira kira penginapan didaerah sini yang relatif murah dimana saja, waiters tersebut menjelaskan dengan sangat ramah dan mengarahkan ku begitu jelas ke arah tujuan.
Akhirnya, dengan nekat seusai arahan mbak waiters yang baik
hati, aku keluar dari starbucks menuju jalan yang dimaksud , tidak beda beberapa
gank dari starbucks aku mulai menelusuri jalan, terlihat beberapa hotel dan
terpampang harga , aku berjalan sambil berfikir bahwa harga tersebut tidak
sesuai dengan budgetku, pada akhirnya aku masuk lagi kerah gank sempit , tiba
tiba aku bertemu dengan seorang anak kecil yang bertanya kepadaku, mau cari
penginapan mba? , aku langsung saja menjawab, mau! Ada ngk budget dibawah
seratus ribu ? , anak kecil tersebut mengajak aku untuk ikut, kuikuti dia
menuju sebuah rumah dengan halaman yang penuh dengan jemuran , penginapan yang
berbentuk rumah tersebut tertutup dibelakang jemuran. Walau sedikit kaget aku
melihat penginapan yang seperti ini, tapi tidak mengurungkan niatku ketika ku
melihat rumah penginapan ini cukup bersih , aku bertemu dengan yang punya
penginapan , aku melihat kamar dengan ukuran 5 x 4 meter dan sebuah kipas angin
menurutku lumayanlah, karena aku memilih untuk banyak aktivitas diluar kamar dari pada
didalam kamar.
aku terduduk diam, menutup pintu kamar....
Dikamar ini aku kembali sendiri...
Memikirkan besök harus ada yang aku kerjakan.
aku terduduk diam, menutup pintu kamar....
Dikamar ini aku kembali sendiri...
Memikirkan besök harus ada yang aku kerjakan.
TO BE CONTINUED
Tiada berbeda apa yang ku rasakan
Tajam menusuk tak beralasan
Kita sudah dingin hati
Dulu kita pernah saling memahami
Sekian merasa telah menyakiti
Kita telah lupa rasa
(Raisa-Isnaya)